Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

Kurva penawaran ekspor

Kurva penawaran ekspor disebut sebagai kurva permintaan timbal balik (reciprocal demand curve) yang dirancang oleh Alfred Marshall dan Ysidro Edgeword , 2 ekonom Inggris abad ke 20 . Kurva penawaran ekspor suatu negara menunjukkan berapa banyak komoditas impor yang diminta oleh suatu negara untuk bersedia memasok jumlah komoditas ekspor. . Kurva penawaran ekspor dapat diuraikan lebih mudah dan sederhana dari garis batas produksi negara , kurva indiferen dan harga. . Pada gambar berikut, . Pf = Px/Py = 1, Negara 1 akan bergerak dari titik B dalam produksi , menjual  60 X untuk mendapatkan 60 Y dengan Negara 2 dan mencapai titik E pada kurva indiferen III nya. . Pf = Px/Py = 1/2 , Negara 1 akan bergerak dari titik A ke F dalam produksi , menjual  40 X untuk mendapatkan 20 Y dengan Negara 2 dan mencapai titik H pada kurva indiferen II nya. . Dua alasan untuk hal ini 1. Negara 1 mengalami peningkatan biaya oportunitas jika memproduksi lebih banyak komoditas X (untuk ekspor) 2

Harga komoditas ekuilibrium relatif dalam perdagangan -- Analisis ekuilibrium parsial

. Sumbu vertikal dalam ketiga panel mengukur harga relatif komoditas X (Px/Py) . Sumbu horizontal mengukur jumlah komoditas . . Panel A dari gambar menunjukkan bahwa tanpa adanya perdagangan, Negara 1 memproduksi dan mengkonsumsi di titik A dengan harga relatif X pada P1 , sedangkan negara 2 memproduksi dan mengkonsumsi di titik A'  pada r1 . Dengan harga pembukaan perdagangan , harga relatif X akan berada diantara P1 dan P2 jika kedua negara berskala besar. Dengan harga di atas P1 Negara akan memasok komoditas X lebih dari yang dikonsumsi didalam Negeri dan mengekspor kelebihannya pasokan dibawah harga Py . Harga komoditas ekuilibrium relatif dengan perdagangan menggunakan analisis ekuilibrium parsial . Panel B menunjukkan bahwa pada P1 kuantitas impor komoditas X oleh Negara 2 = kuantitas ekspor yang disediakan oleh Negara 2 . Panel A juga menunjukkan bahwa P1 kuantitas yang ditawarkan komoditas X (QSx) = komoditas X yang diminta (QDx) di negara 1 . Panel C menunjuk

Teori penguatan

(reinforcement theory ) . . Mengambil sudut pandang berlawanan dengan behavioristim , menyatakan kondisi penguatan perilaku . Teori penguatan mengabaikan keadaan dari dalam individu dan hanya memusatkan perhatian semata pada apa yang terjadi ketika dia melakukan beberapa tindakan. Teori pengondisian perilaku , komponen yang paling relevan bagi teori penguatan bagi manajemen, yang menyatakan bahwa orang-orang akan belajar untuk berperilaku untuk mendapatkan sesuatu yang ingin kan atau menghindari suatu yang tidak mereka inginkan. Teori pengondisian perilaku ini didukung oleh B.F Skinner . Behaviorisme menyatakan bahwa perilaku akan mengikuti stimulus dalam hal secara relatif tidak terpikirkan. Bentuk  behaviorisme menurut Skinner yang radikal akan menolak perasaan , pemikiran dan pernyataan pikiran lainnya yang menyebabkan perilaku lain singkat nya orang akan belajar untuk menghubungkan stimulus dengan tanggapan tetapi kewaspadaan mereka atas hubungan ini menjadi tidak relevan .

Teori Efikasi diri

Juga dikenal sebagai teori kognitif sosial atau teori pembelajaran, mengacu pada keyakinan individu bahwa dia mampu untuk melaksanakan tugas. Semakin tinggi edukasi diri , semakin Anda percaya diri pada kemampuan untuk berhasil. . Efikasi Diri dapat menciptakan spiral yang positif yaitu orang yang efikasi Diri yang lebih tinggi akan menjadi lebih terlibat dalam tugas mereka dan pada gilirannya akan meningkatkan kinerja, yg mana lebih jauh lagi akan meningkatkan efikasi .. Para peneliti yang mengembangkan teori efikasi Diri , Albert Bandura, mengusulkan 4 cara efikasi Diri yang dapat ditingkatkan . 1, kemahiran dalam melaksanakan 2, permodelan yg dilakukan 3, Bujukan secara lisan 4, stimulasi

Teori penetapan tujuan

Pada akhir tahun 1960an , Edwin Locke mengusulkan bahwa niat untuk bekerja mengarah pada tujuan adalah sumber utama dari motivasi kerja. Yaitu tujuan akan memberitahu kan kepada pekerja apa yang harus dilakukan dan seberapa banyak usaha yang diperlukan. Tujuan yang spesifik menghasilkan nilai keluaran (output) yang lebih tinggi daripada tujuan yang digeneralisasi kan. Mengapa orang-orang menjadi termotivasi oleh tujuan tujuan yang sulit? Pertama tujuan yang menantang memperoleh perhatian kita dan membantu kita memfokuskan diri. Kedua, tugas yang sulit  akan membangkitkan energi kita karena kita harus bekerja dengan lebih keras untuk mencapainya. Ketiga , ketika Tujuan mnjd sulit , orang-orang akan terus bertahan untuk berusaha mencapai nya. Terakhir, tujuan tujuan yang sulit mengarah kan kita untuk menemukan strategi yang dapat membantu dalam melaksanakan pekerjaan secara efektif. . Teori penetapan tujuan mengasumsikan bahwa individu yang berkomitmen pada teori tujuan dan ditet

Keterlibatan pekerjaan

Gallup telah menggunakan 12 pertanyaan untuk menilai sampai  sejauh mana keterlibatan pekerja dihubungkan dengan hasil kerja yang positif bagi jutaan pekerja dalam masa 30 tahun silam. Terdapat perusahaan dengan keterlibatan pekerja yang besar memiliki keberhasilan Yang sangat tinggi dibandingkan perusahaan secara rata-rata dan kelompok yang lebih banyak pekerja yang terlibat memiliki tingkat produktivitas yang lebih tinggi, lebih sedikit terjadi insiden keamanan , dan tingkat perputaran pekerja yang lebih rendah. . . Apa yang membuat orang lebih cenderung untuk terlibat dalam pekerjaan? 1. Keadaan dimana para pekerja menyakini manfaat untuk terlibat dengan pekerjaan. 2. Kesesuaian diantara nilai perorangan dengan nilai organisasi. Perilaku kepemimpinan yang menginspirasi para pekerja terhadap semangat misi yang tinggi juga dapat meningkatkan keterlibatan pekerja nya. .. Salah satu kritikan mengenai keterlibatan adalah bahwa konsep nya sebagian berlebihan lebihan dengan perilaku

Teori penentuan nasib

Teori yang berpendapat bahwa orang orang lebih suka jika merasakan memiliki kontrol atas tindakan mereka, sehingga segala hal yang menjadi kan tugas yang sebelumnya dinikmati berubah menjadi sebuah kewajiban daripada aktivitas yang dipilih dengan bebas akan meruntuhkan motivasi . Banyak riset mengenai teori penentuan nasib dalam perilaku kognitif telah memfokuskan pada teori evaluasi kognitif (cognitive evaluation) yang mengemukakan hipotesis bahwa imbalan secara ekstrinsik akan mengurangi ketertarikan secara intrinsik pada tugas. Ketika orang-orang dibayar untuk bekerja , sedikit dirasakan seperti sesuatu yang mereka inginkan lakukan, lebih seperti sesuatu yang mereka harus lakukan. .. ketika organisasi-organisasi menggunakan imbalan secara ekstrinsik sebagai payoff atas kinerja yang lebih tinggi, para pekerja merasa kan bahwa mereka sedang kurang melakukan pekerjaan dengan baik karena itulah yang diinginkan oleh organisasi. Menghilangkan imbalan secara ekstrinsik juga dapat meningk